Senin, 02 Januari 2012

STRATIGRAFI REGIONAL BANTIMALA (SUL-SEL)


 Stratigrafi Regional


8
 
          Rab sukamto (1982) batuan yang tertua yang tersingkap didaerah Barru adalah sekis dan batuan Ultrabasa yang tersingkap dibagian selatan dan dibagian utara yang terdapat sekis biru dan gneiss,batuannya terbreksikan,tergerus serta mendaun,dimana kontak dengan batuan disekitarnya berupa sesar dan  ketidakselarasan,penarikan radiometri terhadap sekis dengan umur 111 juta tahun dan kemungkinan menunjukkan peristiwa tektonik pada zaman kapur,diatas batuan tertua ini diendapkan batuan sedimen berupa rijang radiolaria dalam hubungan ketidak selarasan dengan tebal kurang lebih 2000 meter dengan batuan gubung api yang menindihnya secara tidak selaras,selanjutnya diatasnya ditindih oleh batuan sedimen endapan darat yang tidak selaras.secara berangsur pengendapan beralih kebatuan karbonat dan berlangsung kontinu dari Eosen Awal hingga ke Miosen Tengah endapan karbonat ini yang dikenal dengan formasi tonasa yang mempunyai ketebalan kurang lebih 3000 meter dengan pelamparan yang cukup luas yang mengalasi batuan gunung api di bagian barat  (Rab Sukamto 1982).Formasi tonasa disusun oleh batugamping bioklastik dan kalkarenite berselingan dengan napal sebagian berlapis baik dan bagian bawahnya mengandung glaukonite  serta dibeberapa tempat didaerah Ralla ditemukan batugamping yang mengandung sekis dan batuan ultrabasa.formasi ini  menindih tidak selaras dengan formasi camba,dan diterobos oleh sill ,retas, dan stock batuan beku yang tersusun atas basal,trakit serta diortite.
        Pegunungan yang  memanjang pada bagian barat serta pada bagian timur sebagian besar disusun oleh batuan gunung api pegunungan bagian barat membentuk batuan gunung api kalimiseng yang diduga berumur Miosen Awal, serta lereng timur pada bagian utara pada pegunungan disebelah baratnya membentuk gunung api soppeng  yang diduga berumur Miosen Awal batuan sedimen yang berselingan dengan batuan gunung api tersebut secara bersama-sama menyusun formasi camba dengan ketebalan lapisan kurang dari 5000 meter,(Rab Sukamto 1982),sebagian besar pegunungan dibagian barat menindih tidak selaras formasi tonasa selain itu batuan sedimen (umurnya Miosen tengah- Pliosen Awal),dan batuan sedimen formasi camba disusun oleh batupasir tufaan yang berselingan dengan napal,konglomerat,lava dan breksi gunungapi.batuan tersebut  pada umumnya berlapis baik.batuan gunung api formasi camba sebagian besar disusun oleh andesit dan basal umumnya sedikit terpropilitikan sebagian terkersikkan,amygdaloidal dan berlubang-lubang batuan tersebut sebagian besar diendapkan pada laut dangkal,dan sebagian pula terendapkan pada lingkungan darat,formasi ini diterobos oleh retas,sill dan  stock dengan komposisi basal,piroksin,andesit,serta diorite.
           Dihubungkan dengan stratigrafi Indonesia maka stratigrafi regional daerah barru merupakan suatu susunan stratigrafi yang sangat kompleks,struktur geologi sulawesi yang menyerupai huruf K, termasuk lengan-lengannya yang memanjang dari busur kepulauan banda yang melekung kesebalah timur menunjukkan terjadinya aktifitas tektonik yang sangat kuat terjadi pada Mezosoikum,paleogen Awal serta Neogen Akhir (Van Bemellen 1949).pada zaman Kapur Tengah terjadi penunjaman dan merupakan tempat percampuran secara tektonik dari berbagai resin dari tektonik sebelumnya terjadi dari Trias sampai Kapur Awal,pada Kapur Akhir jalur penunjaman berangsur menjadi busur bagian depan.evolusi tektonik sulawesi pada Miosen ditandai dengan munculnya busur sulawesi dengan lempeng Australia terjadi pada Miosen Awal yang secara bertahap mengubah pulau sulawesi menjadi pulau berpantai cembung dan kompleks (Sukamto, 1985) sesar yang membentuk depresi walanae yang disebut dengan zona sesar walanae yang pada bagian timur disebut dengan zona sesar walanae dan pada bagian barat disebut dengan zona sesar wlanae barat.yang jelas keterdapatan batuan tertua berupa batuan ultrabasa dan sekis didaerah penelitian tidak dapat dipisahkan dengan evolusi tektonik pulau sulawesi setelah mengalami pemisahan dengan pulau kalimantan begitu pula endapan sedimen laut dangkal yang ada seperti formasi balangbaru dan formasi-formasi lainnya yang terbentuk pada saat evolusi tektonik tersebut terjadi.
Qac : Endapan Aluvium, Danau dan Pantai; lempung, lanau, lumpur, pasir dan kerikil di sepanjang sungai sungai besar dan pantai. Endapan pantai setempat mengandung sisa kerang dan batugamping koral.
Qpt : Endapan Undak; kerikil, pasir dan lempung membentuk dataran rendah bergelombang di sebelah utara Pangkajene. Satuan ini dapat dibedakan secara morfologi dari endapan aluvium yang lebih muda.
Tmc : Formasi Camba; batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunungapi; batupasir tufa berslingan dengan tufa, batupasir, batulanau, dan batulempung; konlomerat dan breksi gunungapi, dan setempat dengan batubara;  berwarna beraneka, putih, coklat, kuning, kelabu muda sampai kehitaman; umumnya mengeras kuat dan sebagian kurang padat; berlaapis dengan tebal antara 4 cm – 100 cm. Tufanya berbutir halus hingga lapili; tufa lempungan berwrna merah mengandung banyak mineral biotit; konglomerat dan breksinya terutama berkomponen andesit dan basal dengan ukuran antara 2 cm – 40 cm; batugamping pasiran dan batupasir gampingan mengandung pecahan koral dan mollusca ; batulempung gampingan kelabu tua dan napal mengandung foram kecil dan mollusca. Fosil-fosil yang ditemukan pada satuan ini menunjukkan kisaran umur Miosen tengah-Miosen Akhir (N.9 – N.15) pada lingkungan neritik. Ketebalan satuan sekitar 5.000 meter, menindih tidak selaras batugamping Formasi tonasa (Temt) dan Formasi mallawa (Tem), mendatar berangsur berubah jadi bagian bawah daripada Formasi Walanae (Tmpw); diterobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basal piroksin, andesit dan diorit.
Tmcv : Anggota Batuan gunungapi ; batuan gunungapi bersisipan batuan sedimen laut; breksi gunungapi, lava, konglomerat gunungapi, dan tufa berbutir halus hingga lapilli; bersisipan batupasir tufaan, batupasir gampingan, batulempung mengandung sisa tumbuhan, batugamping dan napal. Batuannya bersusunan andesit dan basal, umumnya sedikit terpropilitkan, sebagian terkersikkan, amigdaloidal dan berlubang-lubang, ditrobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basal dan diorit; berwarna kelabu muda, kelabu tua dan coklat. Penarikan Kalium/Argon pada batuan basal oleh Indonesian Gulf Oil berumur 17,7 juta tahun, dasit dan andesit berumur 8,93 juta tahun dan 9,92 juta tahun (J.D.Obradovich, 1972), dan basal dari Barru menghasilkan 6,2 juta tahun (T.M. van Leeuwen, 1978).

Beberapa lapisan batupasir dan batugamping pasirabn mengandung moluska dan sepaian koral. Sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir gampingan, batupasir lempungan, napal dan batugamping mengandung fosil foraminifera. Berdasarkan atas fosil tersebut dan penarikan radiometri menunjukkan umur satuan ini adalah miosen tengah-Miosen Akhir.

Batuannya sebagian besar diendapkan dalam lingkungan neritik sebagai fasies gunungapi Formasi camba, menindih tidak selaras batugamping Formasi camba dan batuan Formasi Mallawa; sebagian terbentuk dalam lingkungan darat, setempat breksi gunugapi mengandung sepaian batugamping, tebal diperkirakan tidak kurang dari 4.000 meter.

Temt : Formasi Tonasa ; batugamping koral pejal, sebagian terhablurkan, berwarna putih dan kelabu muda; batugamping bioklastika dan kalkarenit, berwarna putih, coklat muda dan kelabu muda, sebagian berlapis, berselingan dengan napal Globigerina tufaan; bagian bawahnya mengandung batugamping berbitumen, setempat bersisipan breksi batugamping dan batugamping pasiran; di daerah Ralla ditemukan batugamping yang mengandung banyak serpihan sekis dan batuan ultramafik; batugamping berlapis sebagian mengandung banyak foraminifera kecil dan beberapa lapisan napal pasiran mengandung banyak kerang (pelecypoda) dan siput (gastropoda) besar. Batugamping pejal pada umumnya terkekarkan kuat; di daerah Tanete Riaja terdapat tiga jalur napal yang berselingan dengan jalur batugamping berlapis.

Berdasarkan atas kandungan fosilnya, menunjukkan kisaran umur Eosen Awal (Ta.2) sampai Miosen tengah (Tf) dan lingkungan neritik dangkal hingga dalam dan laguna. Tebal Formasi diperkirakan tidak kuran dari 3000 meter, menindih tidak selaras batuan Formasi Mallawa, dan tertindih tak selaras oleh Formasi Camba, diterobos oleh sill, retas dan stock batuan beku yang bersusunan basal, trakit dan diorit.
Tem : Formasi Mallawa ; batupasir, konglomerat, bstulsnsu, batulempung, napal dengan sisipan lapisan atau lensa batubara dan batulempung; batupasirnya sebagian besar batupasir kuarsa adapula yang arkose, graywacke dan tufaan, umumnya berwarna kelabu muda dan coklat muda; pada umumnya bersifat rapuh, kurang padat; konglomeratnya sebagian kompak; batulempung, batugamping dan napal umumnya mengandung mollusca yang belum diperiksa, dan berwarna kelabu muda sampai kelabu tua; batubara berupa lensa setebnal beberapa centimeter dan berupa lapisan sampai 1,5 meter.

Berdasarkan atas kandungan fosil menunjukkan kisaran umur Paleogen dengan lingkungan paralis dampai laut dangkal. Tebal Formasi ini tidak kurang dari 400 meter; tertindih selaras oleh batugamping Temt, dan menindih tak selaras batuan sedimen kl dan batuan gunungapi Tpv.
Kb: Formasi Balangbaru ; sedimen tipe flysch ; batupasir berselingan dengan batulanau, batulempung, dan serpih; bersisipan konglomerat, tufa dan lava; batupasirnya bersusunan grewake dan arkosa, sebagian tufaan dan gampingan, pada umumnya menunjukkan struktur turbidit; dibeberapa tempat ditemukan konglomerat dengan susunan basal, andesit, diorit, serpih, tufa terkesikkan, sekis, kuarsa dan bersemen bartupasir; pada umumnya padat dan sebagian serpih terkesikkan. Formasi ini mempunyai ketebalan sekitar 2000 meter, tertindih tidak selaras batuan formasi Mallawa dan batuan gunungapi terpropilitkan, dan menindih tidak selaras kompleks tektonik Bantimala.
Ub : batuan Ultrabasa ; peridotit, serbagian besar terserpentinitkan, berwarna hijau tua sampai kehitaman, kebanyakan terbreksikan dan tergerus melalui sesar naik ke arah barat daya; pada bagian yang pejal terlihat struktur berlapis, dan dibeberapa tempat mengandung lensa kromit; satuan ini tebalnya tidak kurang dari 2500 meter, dan mempunyai sentuhan sesar dengan satuan batuan disekitarnya.
D : Diorit – Granodiorit ; terobosan diorit dan granodiorit, terutama berupa stok dan sebagian berupa retas, kebanyakan bertekstur forfiri, berwarna kelabu muda sampai kelabu. Diorit yang tersingkap di sebelah Timur Birru menerobos batupasir Formasi Balangbaru dan batuan ultramafik. Penarikan kalium/Argon pada biotit menghasilkan 9,03 juta tahun ( J.D.Obradovich, 1974).
T  :Trakit ;  terobosan trakit berupa stok, sil dan retas; bertekstur porfiri kkasar dengan fenokris sanidin 3 cm panjangnya; berwarna putih keabuan sampai kelabu muda. Di tanete Riaja trakit menerobos batugamping Formasi Tonasa dan di Utara Soppeng menerobos batuan gunung api Soppeng ( Tmsv). Penarikan kalium / argon trakit menghasilkan; pada feldspar 8,3 juta tahun dan pada biotit 10,9 juta tahun ( Indonesia Gulf Oil, 1972).
S : batuan malihan ;  sebagian besar sekis dan sedikit genes; secara megaskopis terlihat mineral diantaranya glaukopan, garnet, epidot, mika dan klorit. Batuan malihan ini umumnya berpedaunan miring ke arah timur laut, serbagian besar terbreksikan dan tersesar naikkan ke arah barat daya. Satuan ini tebalnya tidak kurang  dari 2000 meter dan bersentuhan sesar dengan satuan batuan disekitarnya. Pennarikan kalium / argon pada sekis diperoleh umum 111 juta tahun ( J.D. Obradovich, 1974).
Tmsv : batuan gunungapi Soppeng; breksi gunungapi dan lava, dengan sisipan tufa berbutir pasir sampai lapili dan batulempung; dibagian utara lebih banyak tufa dan breksi, sedangkan dibagian selatan lebih banyak lavanya; sebagian bersusunan basal piroksin dan sebagian basal leusit, kandungan leusitnya semakin banyal ke arah Selatan; sebagian lavanya berstruktur bantal dan sebagian terbreksikan; breksinya berkomponen antara 5 cm – 50 cm, warnanya kebanyakan kelabu tua sampai kelabu kehijauan. Batuan gunung api ini pada umumnya terubah kuat , amigdaloidal dengan mineral sekunder berupa urat karbonat dan silikat, diterobos oleh retas ( 0,5 m – 1,0 m ) menindih tak selaras batugamping Formasi Tonasa dan ditindih selaras batuan Formasi camba; diperkirakan berumur Miosen Bawah.

 

Geomorfologi        

Lokasi kuliah lapangan termasuk dalam lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat, Sulawesi, dimana pada lembar tersebut terdapat dua baris pegunungan yang memanjang hampir sejajar pada arah utara –baratlaut dan terpisahkan oleh lembar Sungai Walanae. Pada kedua baris pegunungn tersebut daerah kuliah lapangan menempati baris pegunungan bagian barat.
Pegunungan barat melebar dibagian selatan dan menyempit dibagian utara. Puncak tertingginya 1694 meter sedngkan ketinggian rata-ratanya 1500 meter. Pembentuknya sebagian besar batuan gunungapi. Dilereng barat dan dibeberapa tempat dilereng timur terdpat topografi kras, pencerminan adanya batugamping. Diantara topografi kras dilereng barat terdapat daerah perbukitan yang dibentuk oleh batuan  Pra Tersier. Pegunungan ini dibagian barat daya dibatasi oleh daratan Pangkajene Maros yang luas sebagian lanjutan dri dataran disekitarnya.

Struktur Geologi

Batuan tua yang masih dapat diketahui kedudukan stratigrafi dan tektoniknya adalah sedimen flysch Formasi Balangbaru. Formasi ini menindih secara tidak selaras batuan yang lebih tua, dan di bagian atasnya ditindih tidak selaras oleh batuan yang lebih muda. Formasi Balangbarun merupakan endapan lereng di dalam sistem busur-palung pada zaman Kapur Akhir.
Kegiatan gunungapi bawah laut dimulai pada kala Paleosen. Pada kala Eosen Awal, daerah barat merupakan tepi daratan yang dicirikan oleh endapan darat serta batubara di dalam Formasi Mallawa. Pengendapan Formasi Mallawa kemungkinan hanya berlangsung selama awal Eosen.
Pengendapan batuan karbonat yang sangat tebal dan luas di barat berlangsung sejak Eosen Akhir hingga Miosen Awal. Gejala ini mendandakan bahwa selama waktu itu terjadi paparan laut dangkal yang luas, yang berangsur-angsur menurun sejalan dengan adanya pengendapan. Proses tektonik di bagian barat ini berlangsung sampai Miosen Awal.
Akhir kegiatan gunungapi Miosen Awal itu diikuti oleh tektonik yang menyebabkan terjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian menjadi cekungan tempat pembentuk Formasi Walanae. Menurunnya terban Walanae dibatasi oleh dua sistem sesar normal, yaitu sesar Walanae dan sesar Soppeng.
Sesar utama yang berarah utara-baratlaut terjadi sejak Miosen Tengah, dan tumbuh sampai setelah Pliosen. Perlipatan besar yang berarah hampir sejajar dengan sesar utama diperkirakan terbentuk sehubungan dengan adanya tekanan mendatar berarah kira-kira timur-barat pada waktu sebelum akhir Pliosen. Tekanan ini mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal yang menyesarkan batuan Pra-Kapur Akhir. Perlipatan dan pensesaran yang relatif lebih kecil di bagian barat di pegunungan barat yang berarah barat laut-tenggara dan merencong, kemungkinan besar terjadi oleh gerakan mendatar ke kanan sepanjang sesar besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar